• SUPERMAN IS DEAD

    SID, punk rock pioneers of Bali, were born and bred in Kuta Rock City. The band is three chord attitude-heavy young men, by name : Bobby Kool (lead vocal, guitar, a dog lover and a graphic designer) , Eka Rock (low ridin' family man, beer drinker, laid back bass and backing vocal and a warm smilin' Rock 'N Roll bandman, IT warior) , Jrx (low ridin' beer drinking Rock 'N Roll prince charming, drummer and a hairwax junkie, Bar owner) The name 'Superman is Dead' started its' evolution from Stone Temple Pilot's "Superman Silvergun"..

  • DEVIL DICE

    Terbentuk 1997 di tengah keramaian dosa dan peristiwa di Kuta [Bali], Devildice yang dibentuk oleh Jerinx [gitar/vokal] dan Kuzz [bass] awalnya memakai nama Culture On Fire dan memilih menjadi band cover version Social Distortion, band punk old skool idola mereka..

  • HANGOVER 13

    HANGOVER 13 adalah Grub Band yang terbentuk dari sekumpulan anak muda yang awalnya hanya latihan band bersama , dan akhirnya berniat dan bertekad besar untuk membentuk grub musik yaitu yang bernama HANGOVER 13.

  • AVENGED SEVENFOLD

    Avenged Sevenfold adalah band Hardrock Amerika dari Huntington Beach,California, yang dibentuk pada tahun 1999. Band ini terdiri dari vokalis M. Shadows, lead guitar Synyster Gates, Zacky Vengeance rhythm guitar, dan bassist Johnny Christ..

Jumat, 18 November 2011

We Are outSIDers !!!m


 
Penggemar Superman Is Dead disebut Outsiders bagi yang laki-laki dan Lady Rose bagi yang perempuan.

MUNCULNYA sebuah band selalu diiringi dengan berdirinya fans club yang menjadi motor pendukung. Band asal Bali Superman Is Dead (SID) juga melakukan hal yang sama. Digawangi Bobby Kool sebagai gitaris dan vokalis, Eka Rock sebagai bassist, dan Ari Astina atau biasa disapa Jerinx sebagai drummer, mereka memiliki fans fanatik yang tergabung dalam wadah Outsider.

"Outsider terbentuk Oktober 1995, tidak jauh dari SID berdiri," ujar Putu Betel Lasthero, Outsider yang bergabung sejak pertama kali terbentuknya wadah tersebut kepada TNOL.

Berhubung SID dari Bali, Outsider pertama pun berasal dari pulau Dewata. Seiring perjalanan waktu, Outsider merambat ke daerah lain.

Menurut Betel, pemilihan nama Outsider secara tidak sengaja. Outsider dipakai sebagai nama fans SID lantaran ditengah kata-kata itu terdapat tulisan sid. Terbentuknya Outsider tak lantas disusun kepengurusan pusat. Masing-masing daerah bisa membentuk serta memilih kordinator sendiri.

Bagi Betel, memilih kordinator pusat tidaklah mungkin lantaran akan banyak menyedot biaya banyak untuk mengkordinasi fans seluruh Indonesia. Dengan begitu lebih tepat kordinator berada di masing-masing wilayah. Hingga kini, Outsider sudah merambah ke seluruh Nusantara. Bahkan, sampai ke luar negeri semisal Amerika dan Jepang.

Selain itu, mereka memiliki nama khusus untuk fans perempuan SID. Fans perempuan diberi nama Lady Rose. "Kata-kata itu berasal dari salah satu lagu SID. Lagu itu menceritakan tentang pria yang kehilangan kekasihnya. Nah, darisana fans SID disebut Lady Rose," ucap Betel.

Meski mereka tidak memiliki kordinator pusat, namun Outsider maupun Lady Rose dari berbagai wilayah sudah seperti saudara. Bila bertemu mereka langsung akrab dan menyatu. Mereka juga tak sungkan datang ke suatu tempat demi memberi dukungan kepada SID.

Rata-rata mereka mengetahui kegiatan SID manggung dari internet. Jika sudah mengetahui, mereka langsung menuju lokasi dan tak lupa memakai atribut Outsider dan Lady Rose.

Atribut yang kerap mereka pakai adalah kaos bertuliskan Outsider. Terkadang mereka memakai udeng atau penutup kepala khas Bali untuk pria. Kemudian membawa spanduk bertuliskan Outsider dari daerah tertentu.

Selama Outsider dan Lady Rose terbentuk mereka sudah beberapa kali melakukan kegiatan sosial. Antara lain memberikan bantuan ke panti asuhan. Meski mereka fans club dari band beraliran punk rock, mereka tetap peduli terhadap lingkungan sekitar. Salah satunya, dalam pelestarian satwa liar.

<------------------------------------------------------->

Outsider Ubud says: " outSIDer brasaL dari kata "outside" yg berarti sisi luar, kami yg selama ini di pandang orang dari sisi luar kami, urakan dan segala asumsi buruk tentang kami kami tak peduLi dengan semuanya, kami akan tetap hidup dengan jalan hidup dan piLihan hidup kami masing-masing, berbekal keberanian, semangat, kekuatan, cinta kami bersama. Cinta itu bisa membunuh dan cinta juga bisa menyelamatkan kita bersama jika kita percaya. Tetap percaya dengan apa yang kita punya untuk selalu menjadi jati diri kita masing-masing namun tetap bersatu di buana bumi pertiwi. buat para seluruh outsider di muka bumi.. Dukung terus SID.. Kibarkan semangat outSIDer !! Kita akan selalu bertemu untuk satu langkah maju... We are we are outSIDer...!!!
cheers&beer!!!!"

SID says: “ Outsiders” dipancang sebagai identitas resmi-baru bagi komunitas/para penggemar yang sempat tak menentu akibat banyaknya nama yang terbentuk secara sporadis (seperti: Sidheads, Siders, Sidiot, etc.). Dan gabungan kedua kata tersebut kemudian membuka babak baru perjalanan Superman Is Dead di tahun 2009 ini."

Wawan (an anonymous outSIDer) says: " OUTSIDERS adalah panggilan fans dari sebuah band yang bernama Superman Is Dead, dan saya selaku outsiders sejati dan yang outsiders lainnya, akan membela negara tercinta ini, yaitu negara indonesia raya, outsiders tidak takut mati, demi mempertahankan kemerdekaan dan harga diri kami sebagai bangsa indonesia, outsiders pantang menyerah untuk melawan segala rintangan yang kami hadapi, outsiders tidak akan melupakan jasa – jasa pahlawan – pahlawan yang telah gugur, outsiders akan selalu menghargai satu sama lain dan tidak akan membedakan suku dan agama, kita smua sama…. kita semua satu….


smoga kecurangan di negara ini berkurang, karena kami selaku outsiders merasa prihatin terhadap rakyat – rakyat yang tidak mampu, smoga pemerintah di negara yang kita cintai ini berperilaku adil , dan kedamaian di dunia ini akan tercipta. dan akhir kata “MAJU TRUS OUTSIDERS HANTAM KETIDAKADILAN DI DUNIA INI , MAJU TRUS UNTUK MEMBERIKAN YANG TERBAIK BAGI DUNIA INI"

Kamu Adalah Apa Yang Aku Kenakan


Sebenarnya sudah lama sekali saya (mewakili Bobby dan Eka) ingin membicarakan masalah ini ke publik tapi kami terlalu sibuk memikirkan musik, konser dan lain-lainnya sehingga baru sekarang bisa tercurahkan. Kami sangat bangga melihat dalam setiap konser SID ada ratusan bahkan kadang ribuan penonton yang mengenakan atribut (khususnya T-shirt) yang bertema SID.


Kami merasa tersanjung dan ada perasaan menyatu dengan penonton. Itu adalah hal yang indah. Namun dilain sisi, ada hal yang sedikit menggangu pikiran kami, yaitu banyaknya beredar t-shirt SID bajakan yang entah dicetak sendiri oleh para Outsiders/Lady Rose atau dibeli dari toko toko tertentu. Yang kami permasalahkan bukan segi bajakan atau tidaknya T-shirt tersebut, namun lebih kepada penjiplakan 100% dari design T-shirt original yang kami produksi sendiri.

Mungkin banyak yang tidak tahu betapa susahnya kami (terutama Bobby Kool yang mendesign hampir seluruh T-shirt SID] mencari ide yang relevan dengan musik dan misi kami, menuangkannya ke dalam bentuk gambar lalu mengaplikasikannya ke T-shirt.

Itu bukanlah pekerjaan yang mudah, Bobby bahkan sering begadang hingga pagi hanya untuk membuat design tersebut.

Yang coba kita katakan disini adalah, kalian Outsiders/Lady Rose SILAKAN membuat atribut SID sesuka hati kalian namun ingat, buatlah dengan kreasi dan hasil pikir imajinasimu sendiri. Jangan cuma menjiplak design yang sudah kami bikin.

Movement ini kami lakukan bukan semata untuk menaikkan penjualan merchandise original kami, namun kami lebih melihat pada sisi edukasinya. Agar kalian tidak terbiasa menjadi tukang jiplak dan agar kalian terbiasa untuk menghargai hasil karya (dalam hal ini design) orang lain.

Jiwamu tercermin dari apa yang kamu kenakan. Mulailah menghargai orang lain jika ingin lebih dihargai.

Let The Devil Speak! \m/



Biasanya saya menulis sesuatu yang positif, at least from my point of view, tapi kali ini i will let the devil in me speak. For once. This is my thoughts about how rock & roll culture as a part of, like it or not, plastic entertainment world should run in Indonesia. Dari masa ke masa, eksistensi kultur ‘rock’ sebagai bagian dari subkultur di Indonesia akhir-akhir ini bisa dikatakan makin kukuh berdiri- di area abu-abu yang makin memutih. Ter-tib nan santun. Memang ada banyak band ‘rock’ berbakat bermunculan diikuti dengan prestasi yang hebat: dihargai kritikus, dicintai fans dan didekati korporat yang siap mencetak wajah mereka di bilboard terbesar di kota-kota terpencil. But I’m missing something here. Sesuatu yang krusial, nilai terluhur dari sejarah rock & roll. Where’s the ‘dangerous’ part? There’s a huge main reason why rock & roll is associated as the devil’s music by the conservatives: It was born to kick some ass and make some changes.

Saya bukan ahli sejarah/etnologi musik, tapi sejauh yang saya pelajari di jalanan, correct me if I’m wrong; rock & roll diciptakan kaum kulit hitam (Chuck Berry, Ray Charles) untuk me-lawan perbudakan di tahun ‘30-an, lalu kaum kulit putih (Elvis, Jerry Lee Lewis) memakai rock & roll untuk melawan rasialisme dan kemunafikan di tahun ‘50-an. Berkembang terus untuk melawan perang di tahun ‘60-an (The Beatles, Jimi Hendrix) dan melawan birokrasi dan darah biru di tahun ‘70-an (The Clash, Sex Pistols).

Dan hampir semua pelaku rock & roll di era itu masuk dalam kategori ‘bermasalah’. Some were killed by psychotic fans, some killed themselves and some died from the self-destructive way of living they chose. Terlepas dari masalah moral dan benar tidaknya tindakan mereka, it’s yours to judge. Namun secara global, sema-ngat dan kadar ’bahaya’ itu makin lama makin luntur. Salahkan internet atau apapun, tapi di zaman sekarang, esensi menjadi semakin tidak penting. Untuk alasan apapun, saya lihat Indonesia makin hari makin dipenuhi rocker sopan yang selalu dan mencoba berada di area aman, yang setiap inci gerakan dan tindakannya harus sesuai dengan kesepakat-an moral ’masyarakat’-nya. Saya sama sekali tidak ada masalah dengan etika ’kesopanan’ dan ’ketimur-an’ selama ia berada di ruang dan waktu yang tepat.

But come on, for Tarantino’s sake, this is rock & roll we’re talking about! Entertain us with some real wild ride, please, on stage and off stage! There’s no such thing as ’Inilah rock & roll Indonesia yang sopan dan berbudi luhur’. Rock & roll adalah rock & roll, di mana dan kapanpun ia berada. Kenapa? Sesederhana karena rock & roll bukan hanya tentang mode dan strategi pemasaran. Ia bukanlah sebuah label yang bisa kita pakai untuk kepentingan bisnis semata. Ia mewakili sebuah semangat yang tak akan pernah mati untuk ‘menghajar’ sesuatu, apapun itu. Betul, dunia ini akan terus ber-evolusi, but some things are better real, and rock n roll is one of them.

Di Indonesia dan negara-negara lain hari ini, rock & roll menjadi sebatas label untuk terlihat ‘keren’. Ia ada untuk tidak melawan apa-apa, sebatas hiburan saja. Same shit with nationalism these days, it’s all about how to look/sound ‘cool’ dan untuk meraih simpati massa. Sensasi di atas esensi. Merasa bisa tapi tak bisa merasa. Big respect buat Iwan Fals dan Slank yang masih berani melawan sesuatu melalui jalur mainstream, dan bebe-rapa nama seperti Seringai, Efek Rumah Kaca dan Shaggy Dog yang melawan sesuatu di jalur semi-mainstream. Devil blessed them all. But still it’s not enough, di kala melihat TV atau majalah, saya merindukan sosok yang memiliki persona liar yang sebenarnya.

Bukan cuma di panggung atau di iklan. Saya sudah bosan dengan rocker-rocker sopan yang lebih memilih mengajak pacarnya berme-sraan di TV ketimbang menonjok wartawan infotainment yang menginjak-injak wilayah privasinya. Saya mengidamkan rocker jujur yang tanpa ragu sedetik pun mengakui adiksinya terhadap alkohol, seks dan obat-obatan. Ingin rasanya melihat sebuah band rock terlibat baku hantam dengan gerombolan radikal garis keras di sebuah tempat hiburan malam yang berusaha mereka hancurkan. Atau serunya membaca artikel tentang seorang rocker yang mengencani para supermodel, mencuri kokainnya dan mencampakkan mereka setelah menyadari bahwa dirinya seorang homoseksual. Saya memimpikan Indonesia memiliki sesosok rocker (entah laki atau perempuan) yang mempunyai sex appeal mahadahsyat yang membuat orang tua dan pacar kalian menahan nafas. Mungkin sekilas semua terdengar dangkal dan sebatas sensasi saja, but if you dig deeper, it’s all about statement.

Pernyataan bahwa rock & roll masih berbahaya. Rock & roll ada untuk membuat kita khawatir. Dan dari kekhawatiran, kekacauan dan kehancuran, kita bisa banyak belajar. So let them be wild, let them be free. Saya membayangkan betapa hebatnya jika semua pelaku subkultur Indonesia bersatu dan melawan kelompok fasis berjubah Tuhan dan membungkam mulut kaum elit tentang esensi moral dan kemerdekaan. Again, it’s all about statement. Berbahaya tidak harus selalu dikonotasikan dengan kekerasan dan machismo. Ketegasan dalam mengambil sikap, keberanian untuk membuat kesalahan, semangat untuk melawan arus dan mempertanyakan nilai-nilai. That’s dangerous. And we all learned from mistakes anyway. Apapun yang tidak membunuhmu akan membuatmu lebih kuat. Atau dalam bahasa rock & roll, whatever that doesn’t change you will make you stronger, either you’re dead or alive. Toh ke-salahan suatu saat akan membuat seseorang menjadi tahu apa makna dari hidup yang ia jalani. Jangan pernah takut untuk ‘dicap’ salah. Hidup ini bukan hanya hitam putih karena Superman sudah mati pada hari dia dilahirkan. Rocker dan pelaku subkultur lainnya, mereka adalah individu merdeka yang tidak bisa hidup hanya dengan mengikuti aturan yang dibuat oleh generasi sebelum atau sesudahnya. Kamu adalah generasimu sendiri. Make your own rules-. Terjang semua tembok penjara dan jadilah legenda untuk dirimu sendiri. Cheers! - JRX -

Minggu, 13 November 2011

AVENGED SEVENFOLD



Avenged Sevenfold adalah band Hardrock Amerika dari Huntington Beach,California, yang dibentuk pada tahun 1999. Band ini terdiri dari vokalis M. Shadows, lead guitar Synyster Gates, Zacky Vengeance rhythm guitar, dan bassist Johnny Christ.
Avenged Sevenfold muncul dengan genre metalcore pada debut mereka Sounding the Seventh Trumpet, yang mengandung banya vokal scream. Band ini mengubah gaya mereka di album ketiga mereka dan rilis major label, City of Evil, yang menampilkan vokal melodis dan power ballad. Band ini terus mengeksplorasi suara baru dengan mengeluarkan yang berjudul Avenged Sevenfold dan menikmati kesuksesan mainstream lanjutan sebelum drummer mereka, James "The Rev" Sullivan, meninggal karena penyakit jantung dan dampak gabungan dari obat dan alkohol di tubuhnya pada tahun 2009. Meskipun kematiannya, band ini melanjutkan dengan bantuan kemudian mantan drummer Dream Theater Mike Portnoy untuk merilis dan melakukan tur dalam mendukung Nightmare, album kelima mereka pada tahun 2010 yang memulai debutnya di tempat atas, Billboard 200 yang berada di tempat pertama.
Sampai saat ini, Avenged Sevenfold telah merilis lima album studio, satu album live / kompilasi / DVD, dan enam belas single . Band ini telah menerima banyak penghargaan untuk kesuksesan mainstream di seluruh dunia mereka dan terutama dinyatakan sebagai salah satu pemimpin dan band kunci dalam New Wave of American Heavy Metal dan tampil sebagai tempat kedua di Atas Ultimate Guitar's Top Ten Band Decade.


Permulaan (1999-2004)

 
Band ini dibentuk pada tahun 1999 di Huntington Beach, California dengan anggota asli M. Shadows, Zacky Vengeance, The Rev dan Matt Wendt. memberi nama bandnya yang referensinya berasal dari cerita Cain dan Abel dari Bible, meskipun demikian, mereka bukanlah band agamis. Saat pembentukannya, masing-masing anggota band ini memakai nama samaran yang juga merupakan nama panggilan mereka saat bersekolah di Sekolah Menegah Atas. Sebelum merilis album debut mereka, band ini merekam dua demo pada tahun 1999 dan 2000. Album pertama mereka, Sounding the Seventh Trumpet, direkam ketika para anggota band masih berumur delapan belas tahun dan juga masih bersekolah di sekolah menengah atas. album ini pada awalnya dirilis oleh perusahaan label pertama mereka, Good Life Record pada tahun 2001. Setelah gitaris Synyster Gates bergabung dengan band, pada akhir 1999 masuk ketika ia berusia 18 tahun. Lagu "To End the Rapture" direkam ulang dengan menampilkan anggota penuh band. Album ini kemudian dirilis ulang pada Hopeless Records pada tahun 2002.
Band ini lalu mulai menerima pengakuan, mereka tampil dengan band-band seperti Mushroomhead dan Shadows Fall dan bermain di Take Action Tour. Setelah bassis keempat mereka, Johnny Christ bergabung secara permanen, mereka merilis album Waking the Fallen di Hopeless Records pada bulan Agustus 2003. Band menerima pengakuan oleh Billboard dan The Boston Globe, dan juga bermain di "Vans Warped Tour". Pada tahun 2004, Avenged Sevenfold mengadakan tur kembali di "Vans Warped Tour" dan merekam video untuk lagu "Unholy Confessions "yang masuk tangga lagu di MTV2's Headbanger's Ball. Tak lama setelah merilis Waking the Fallen, Avenged Sevenfold meninggalkan Hopeless Records dan menandatangani kontrak yang diajukan oleh Warner Bros.

HANGOVER 13





HANGOVER 13 adalah Grub Band yang terbentuk dari sekumpulan anak muda yang awalnya hanya latihan band bersama , dan akhirnya berniat dan bertekad besar untuk membentuk grub musik yaitu yang bernama HANGOVER 13.

Nama HANGOVER sendiri Berarti Mabuk , filosofinya adalah kami sekumpulan pemuda yang hampir setiap malam minggu tidak luput dari air kedamaian , maka itu terlintas dari fikiran kami ingin menamakan band kami dengan HANGOVER , dan huruf 13 sendiri adalah angka sial , dan biasanya kita di nilai menyimpang oleh masyarakat , bukan berarti kita menyimpang , tapi bagaimana kita membalik arti dari kata menyimpang itu sendiri . dan akhirnya terciptalah nama HANGOVER 13.

Personil :
Robbie (Vokal+Guitar)
C'Mell (Guitar Melody)
Sokieq (Drummer)
Viul (Bass)

FACEBOOK : HANGOVER13

DEVIL DICE





Terbentuk 1997 di tengah keramaian dosa dan peristiwa di Kuta [Bali], Devildice yang dibentuk oleh Jerinx [gitar/vokal] dan Kuzz [bass] awalnya memakai nama Culture On Fire dan memilih menjadi band cover version Social Distortion, band punk old skool idola mereka. Dibantu oleh beberapa kawan yang mengisi posisi drum dan gitar, Culture On Fire rajin meramaikan acara-acara musik yang bersifat underground di Bali.

Kesibukan Jerinx yang juga drummer/penulis lagu di Superman Is Dead [SID] membuat Culture On Fire makin terproyeksi menjadi band yang 'agak kurang serius' dalam berkarir dan nyaman dengan status band cover version.

Tahun 2002, Jerinx menyadari ia punya banyak stok lagu yang tidak masuk dalam karakter SID namun bisa ia masukkan ke dalam karakter Culture On Fire yang lebih gelap. Ia pun memutuskan untuk lebih serius lagi menjalani proyek band keduanya ini. Setelah mengalami bongkar pasang personel dan perubahan nama menjadi Devildice, Jerinx dan kawan kawan akhirnya merilis mini album perdana Devildice 'In The Arms Of The Angels' tahun 2004 dengan biaya dan label sendiri.

Hingga kini [2009] Devildice yang diperkuat Jerinx, Kuzz, Cash [gitar], T.R [drum] dan Dr.F [trumpet] telah bermain di ratusan festival musik, acara amal, skate, surf, tattoos dan motor di stadion, pantai, lapangan, bar/club di Bali.
Devildice juga terlibat dalam beberapa proyek kampanye lingkungan, album kompilasi, skate video, surf video dan lain lain.

Dalam berkesenian, Devildice banyak dipengaruhi film-film gangster/mafia jaman dulu, kustom kulture dan eksotisme khas punk tropikal.


Facebook : DEVILDICE
Source : DEVILDICE

Sabtu, 12 November 2011

SUPERMAN IS DEAD





SID, punk rock pioneers of Bali, were born and bred in Kuta Rock City. The band is three chord attitude-heavy young men, by name : Bobby Kool (lead vocal, guitar, a dog lover and a graphic designer) , Eka Rock (low ridin' family man, beer drinker, laid back bass and backing vocal and a warm smilin' Rock 'N Roll bandman, IT warior) , Jrx (low ridin' beer drinking Rock 'N Roll prince charming, drummer and a hairwax junkie, Bar owner) The name 'Superman is Dead' started its' evolution from Stone Temple Pilot's "Superman Silvergun". The name moved on to "Superman is Dead" cause they like the idea that there's no such thing as a perfect person out there.
SID actually stumbled together in '95, drawn by their common love of Green Day and NOFX. Their influences soon extended to the punk 'n roll genre a la Supersuckers, Living End and Social Distortion, and here they stay. They say what they wanna say, how they wanna say it. In your face, to say it precisely.
SID public image, self described, is "Punk Rock a Bali" (think raw energy of NOFX vs Social Distortion supersonically fueled with beer-soaked Balinese Rockabilly attitude).
History ? SID produced their first three albums independently (the boys worked years of crappy night jobs), with fabulous, small scale indie labels 1997 "Case 15", 1999 "Superman is Dead", 2002 "Bad Bad Bad"(mini album, 6 tracks).
In March 2003, SID finally signed with Sony-BMG Indonesia after extended negotiations regarding their right to sing the majority of their tracks in English and have full artistic rights over their 'image'!! With that decision they single handedly became the first band from Bali to be invited to sign with a major recording label in Indonesia, the first band in their nation (to my knowledge) to be recording majority of songs in English and the first punk band in Indonesia to get the national exposure and promotion that working with a major label in a third world country provides. And so the history of Indonesian Punk Rock begins!
And as for the question that everyone wants to know, the infamous bomb in Bali happened about 75 M from their home, hangout center, punk rock boutique, bar and rehearsal studio that is also Jrx' house, in the heart of Kuta.
After panel beating back the rolling doors of the studio and shifting a little debris, rehearsals continued as usual. Yeah, they saw a lot, it sucked big time, but its' not gonna stop 'em!
And where are they now? At the end of 2002, one of the more respectable music mags here cited SID as "The Next Big Thing" for 2003. With the release of their fourth album "Kuta Rock City" followed by major air play nationally and in some countries overseas, coupled with the instant popularity of their newest film clip.
SID suddenly find themselves touring continuously throughout Indonesia. Last week they were in four major Indonesian cities, on three islands, in 7 days! Sometimes playing for free at underground scene clubs, sometimes at street skate parties or alternative band festivals, at lots of universities and even occasionally at "classy" venues who would have probably denied them entrance years ago!
Which means more beers for all.
In 2003 SID even got a mention in Time Asia.
They also won a few music awards “MTV Awards for The Best New Artist 2003”, “AMI Awards for The Best New Artist 2003” and nominated again in “AMI Awards 2006 for The Best Rock Album”.
October 2007, they did an amazing Australian tour, 8 cities, 16 gigs, 33 days with their strong D.I.Y work ethic.

June – July 2009, Superman Is Dead held An American Tour, 16 Gigs in 16 cities. 11 gigs of them were the ‘ Vans Warped Tour’ and the last 5 gigs were ‘From Bali With Rock’. They did a very hard work to succeed this excited tour, had crossed the big land from westcoast to eastcoast and got back to westcoast.

SID had share stages with international bands such as International Noise Conspiracy, NOFX, MXPX and Hoobastank.
They remain proud, boys from the streets of Kuta with a love of punk rock, beers and a good time. Ready for whatever comes next, excited about the next gig.

Source : Supermanisdead.net